Film Tari Indonesia 1
Lebih sedikit/More Less (2021), Fitri Anggraini, 11:04
Asih/Love (2022), Arbi Nuralamsyah, 05:00
Menanam di Tanah Tandus/Planting in the Barren Land (2022), Rines Onyxi Tampubolon, 12:11
Tubuh-tubuh Plastik/Plastic Body’s (2022), Piet Manuputty dan Donatus Kerjapy,10:00
Serasi/Harmonious (2022), Riskha Widya Kusuma, 24:00
Unseen: Me, [Epilepsy], Dance (2022), Ganda Swarna, 03:15
Poetry with Mother, Dancing in the Sunset (2022), Rendro Aryo, 03:00

 

Film Tari Indonesia 2
A Potion from the Red Leaves (2021), Sasqia Ardelianca, 05:08
Jagatan (2021), Puput Juang, 23:22
In the Pines, Prashasti Wilujeng Putri, 12:55
Searcher (2022), Bintang Panglima, 02:45
Captive (2022), Ghinaya Calista, 03:08
Growth (2022), Rizqullah Ramadhan Panggabean, 06:37
Bakudapa: Pito Se Unau/Converge: Time has Run Out (2022); Lalu Zulhi Yamamiartha, 17:53

Film Tari Indonesia 1
Lebih Sedikit/More Less (2021), Fitri Anggraini, 11:04
Fitri Anggraini lulus dari Institut Seni Jakarta (2016), dan menjadi koreografer KABA untuk Festival Tari Indonesia pada tahun yang sama. Sejak itu, ia berkolaborasi dengan koreografer Mikuni Yanaihara dan Ismaera Takeo, menerima Penghargaan Hibah Seni Inovatif bergengsi dari Yayasan Seni Kelola, Southeast Asian Choreo Lab, berpartisipasi dalam Asian Performing Arts Forum di Jepang, dan Yokohama Dance Competition.
Sutradara : Fitri Anggraini
Sinematografer : Azmi Mudhoffar
Koreografer : Fitri Anggraini
Produser : Fitri Anggraini

Asih/Love (2022), Arbi Nuralamsyah, 05:00
Arbi Nuralamsyah adalah pelatih tari, penari dan koreografer kelahiran Sukabumi pada tahun 1997. Ia menyelesaikan S1 di program studi Pendidikan Tari FPSD UPI Bandung tahun 2019. Saat ini arbi sedang melanjutkan Sekolah Pascasarjana (S2) Program Studi Pendidikan Seni di Universitas yang sama. Ia telah 8 tahun menggeluti dunia tari sebagai penari dan memberanikan diri menjadi koreografer. Pada tahun 2015, Arbi mendirikan sebuah tim bernama Madawa Dance Team Bandung hingga sekarang.
Beberapa penghargaan yang pernah diraih di antaranya duta Jawa Barat Jambore pemuda Indonesia di Tondano Minahasa, Sulawesi Utara, pemuda berprestasi kabupaten Sukabumi tahun 2019, penari 24 jam di acara “Solo Menari 24 Jam” (HTD) ISI Surakarta tahun 2019, Penyaji Terbaik I Solo Dance Contemporary di acara South Borneo Art Festival, Kalimantan Selatan (2018), dan banyak lagi lainnya.
Sutradara : Arbi Nuralamsyah
Koreografer : Arbi Nuralamsyah

Menanam di Tanah Tandus/Planting in the Barren Land (2022), Rines Onyxi Tampubolon, 12:11
Rines Onyxi Tampubolon sebagai sutradara dalam karya ini memiliki latar belakang sebagai seorang koreografer yang menempuh pendidikan seni di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dari S1-S2. Ia memiliki pengalaman kebertubuhan dalam tarian tradisi, kreasi, dan tari modern kontemporer. Ia pun memiliki pengalaman artistik dalam proses bersama Bob Wilson, salah satu sutradara terbaik dunia, dalam karya “I La Galigo”. Rines juga menjadi anggota dalam proses kreatif Mattler Dance Studio, yaitu penerapan teori tari dalam bentuk training centre. Dalam proses perjalanan berkaryanya, ia sangat sering mengolah kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki daerah (daerah terpencil) untuk di eksplorasi ke dalam sebuah karya.
Sutradara : Rines Onyxi Tampubolon
Sinematografer : Ferri Supreadi
Koreografer : Rines Onyxi Tampubolon
Produser : Onyx Creative Dance

Tubuh-tubuh Plastik/Plastic Body’s (2022), Piet Manuputty dan Donatus Kerjapy, 10:00
Piet Manuputty lahir dan besar di Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Alumni Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Ambon ini semasa kuliah aktif berteater di Komunitas Teater Secangkir, hingga kemudian memilih film sebagai medium bercerita. Awal 2012, Piet mulai mengerjakan dokumenter pendek.
Pada 2014, ia terlibat dalam produksi film Cahaya Dari Timur (CDT): Beta Maluku sebagai talent assistant coordinator. Pada tahun yang sama, Piet memproduseri sekaligus menjadi penata kamera dokumenter pendek berjudul Merah Saga. Piet terpilih menjadi peserta Makassar SEAscreen Academy 2014 yang dikelola RumatArt Space.
Piet juga menjadi produser/sutradara/penulis naskah film pendek, Baju Bola (produksi Pusbang Film, Beta Film, 2015). Film ini telah mengikuti beberapa festival dan diputar dalam beberapa screening di Indonesia. Ia juga pernah menyutradarai film pendek Tamasya di TV Tetangga (Pusbang Film, 2018) dan film pendek Sebelum Besok Kembali (Beta Films, 2020). Piet turut terlibat pula dalam proyek film pendek Hana (Pusbang Film, BaileDoc Picture, 2016) sebagai co-producer dan supervisor sutradara film pendek Munysera (CGV Cinemas, BaileDoc Picture, 2017). Piet pun menulis skenario film pendek Tanpa Garam (Indonesiana TV, BPNB Maluku, 2022).

Serasi/Harmonious (2022), Riskha Widya Kusuma, 24:00
Riskha Widya Kusuma lahir pada tahun 1995. Ia berasal dari Kabupaten Ponorogo. Alumni SI Seni Tari dan S2 Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.
Sinematografer : Ali Yafie Muzakki
Koreografer : Riskha Widya Kusuma
Produser : Riskha Widya Kusuma

Unseen: Me, [Epilepsy], Dance (2022), Ganda Swarna, 03:15
Ganda Swarna adalah lulusan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jurusan Teater. Fokusnya dalam berkesenian adalah sebagai performer/aktor, sutradara, dan penulis naskah teater. Pengalaman berkeseniannya banyak dilakukan bersama Bandung Performing Art Forum (BPAF). Ia juga adalah co-founder BPAF. Karya yang dikerjakannya bersama BPAF di antaranya, Cut-off (2016) di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, sebagai aktor dalam pertunjukan Di Luar dari yang di Luar (2016) di Taman Budaya Yogyakarta.
Ganda terus mengembangkan bakatnya sebagai aktor dengan bergabung dalam pertunjukan Membeli Ingatan (2017) di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Ia juga berkolaborasi dalam lokakarya dan presentasi bersama seniman Teks Leow Puay Tin (Malaysia) pada proyek pertunjukan Us Not Us (2018) di Bandung, lalu juga ikut serta dalam acara Asian Dramaturg Network di Garasi Theatre Institute, Yogyakarta. Tahun 2019, Ganda tampil pada pertunjukan Once upon A Time di NuArt Sculpture Park, Bandung, berkolaborasi dengan kelompok teater Moibo (Tokyo).
Sutradara : Ganda Swarna
Sinematografer : Fajar
Koreografer : Ceila Umari Lartini

Poetry with Mother, Dancing In the Sunset (2022), Rendro Aryo, 03:00
Rendro Aryo adalah seorang Sutradara film dengan hasrat yang besar terhadap film. Rendro lahir di Batam, Indonesia pada 5 Oktober 1993. Ia belajar film dan lulus dari Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta. Film-film pendeknya telah dipilih dan meraih penghargaan di berbagai festival film nasional dan internasional. Rendro pernah bekerja sebagai sutradara dan penulis skenario di beberapa rumah produksi di Indonesia. Pada 2019, ia mendirikan rumah produksi Cahaya Films. Ia terus aktif membuat film pendek, dokumenter, dan iklan komersial. Kini Rendro sedang mempersiapkan film layar lebar pertamanya.
Sutradara : Rendro Aryo
Produser : Rendro Aryo

Film Tari Indonesia 2
A Potion from the Red Leaves (2021), Sasqia Ardelianca, 05:08
Sutradara : Sasqia Ardelianca
Produser : Sasqia Ardelianca

Jagatan (2021), Puput Juang, 23:22
Puput Juang memulai karier filmnya dengan serius pada 2013 sebagai juru kamera film dokumenter. Pada 2014, ia mendirikan komunitas film dan video bernama Komunitas Kedung, Pada 2020, komunitas tersebut menjelma menjadi perusahaan film Kedung Film. Selain menjadi sutradara film, Puput juga menyutradarai video musik, dan sebagai produser serta penulis naskah.
Sutradara : Puput Juang
Penulis : Saskia Tjokro
Produser : Puput Juang, Wulan Tilaar, Eka Andreansyah

In the Pines, Prashasti Wilujeng Putri, 12:55
Prashasti Wilujeng Putri adalah seorang seniman pertunjukan, programmer dan manajer seni. Ia lulus dalam bidang Kriminologi di Universitas Indonesia pada 2014. Saat ini sedang mengambil gelar master dalam Studi Budaya dan Media di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prashasti memulai proses artistiknya sejak bergabung dengan 69 Performance Club pada 2016, dan kemudian bereksperimen dalam seni visual dengan Milisifilem Collective. Ia mengikuti Festival Seni Silek di Solok, Sumatera Barat tahun 2018, melakukan penelitian tentang silek (silat) dalam kehidupan tubuh kontemporer. Ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi karya seni pertunjukan yang dipresentasikannya di Ilmin Museum of Arts, Seoul, Korea Selatan, dan menjadi proyek penelitian tentang silat dalam film Harimau Tjampa karya Djadoeg Djajakusuma, bersama rekan seniman/peneliti di Kultursinema.
Karya-karyanya yang lain berfokus pada dekonstruksi tubuh-dan-realitas. Bersama rekan-rekan seniman di 69 Performance Club, karyanya dipentaskan di SMAK Museum Gent, TranzitDisplay Gallery Praha, Ministry of Foreign Artists Jenewa, Garasi Performance Institute Yogyakarta, SIPA Festival Manila, dan Cemeti-Rumah Seni untuk Masyarakat-Yogyakarta. Filmnya, bersama anggota Milisifilem Collective, diputar dan dinominasikan dalam Festival Film Indonesia tahun 2018. Ia juga terlibat sebagai pengelola dan koordinator Festival Forum, sebuah simposium film sebagai bagian dari ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival 2017 -2021.
Sutradara : Prashasti Wilujeng Putri
Produser : Cemeti – Rumah untuk Seni dan Masyarakat

Searcher (2022), Bintang Panglima, 02:45
Lahir di Jakarta, Bintang selalu menyimpan kekaguman pribadinya terhadap sinema. Di kota yang sama, ia kini menempuh pendidikan di Studi Sinema dengan fokus pada pendekatan teoretis dan kritis terhadap sinema sebagai media. Secara teknis, ia adalah mantan aktor cilik, yang sekarang berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai orang di balik keyboard dan kamera.
Sutradara : Bintang Panglima
Produser : Bintang Panglima

Growth (2022), Rizqullah Ramadhan Panggabean, 06:37
Koreografer : Muhamad Rafika Satrio
Produser : Rizqullah Ramadhan Panggabean

Captive (2022), Ghinaya Calista, 03:08
Sebagai seorang pegiat kreatif dengan pendekatan multidisiplin, Ghinaya Calista telah berkecimpung di bidang ini selama sekitar 4 tahun. Karya-karyanya berkisar seputar gaya busana, desain grafis, dan penyutradaraan seni. Namun, ia merasa masih bisa terus berkembang untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.
Sutradara : Ghinaya Calista
Koreografer : Reska Primadita
Sinematografer : Alvin Dahono
Producer : Charles Erbianco